Entri Populer

Rabu, 19 Maret 2014

Hati-Hati Kamuflase

DALAM kehidupan sehari-hari, banyak orang secara apriori menilai orang lain. Terlalu positive thinking atau terlalu negative thinking. Terlalu husnudzon atau terlalu suudzon. Terlalu cepat menilai baik atau buruk. Terlalu mudah percaya atau tidak percaya. Cara berpikir dan bersikap demikian tentu bisa mengakibatkan sesat pikir atau sesat sikap. Bisa salah menilai. Cenderung menjadi orang yang berkepribadian spekulatif.  Bisa menjadi manusia yang bersifat subjektif.  Sikap yang harus dimiliki tiap orang yaitu “Don’t judge a book by it’s cover”. Jangan menilai buku hanya dari covernya saja.

Don’t judge a book by it’s cover
Janganlah kita menilai orang dari penampilannya saja, ucapannya saja, pendapatnya saja, gelar atau pangkatnya saja, hartanya saja, ibadahnya saja,pakaiannya saja, mobil dan rumahnya saja, tampangnya saja, fisiknya saja, tetapi nilailah perilaku yang sebenarnya, nilailah maksud yang sebenarnya dan nilailah faktanya yang sebenarnya.

Penampilan sering menipu
Banyak orang Indonesia sering tertipu penampilan fisik dari seseorang atau orang lain. Orang yang penampilannya baik seringkali dianggap pasti orang baik.

Contoh:
1.Orang yang rajin beribadah, dianggap orang jujur.
2.Orang yang ganteng, dianggap orang yang menyenangkan.
3.Orang yang pandai, dianggap layak jadi presiden.
4.Orang yang kelihatannya punya maksud baik, dianggap memang maksudnya baik.
5.Orang yang punya rumah mewah dan mpbil mewah,dianggap orang sukses.
6.Orang yang yang penampilannya seperti orang bodoh, dianggap orang bodoh.
7.Orang yang punya banyak gelar dianggap orang pandai.
8.Orang yang suka memberi uang, dianggap orang baik.
9.Orang yang suka berjanji, dianggap orang yang serius.
10.Orang yang sopan, dianggap orang yang bisa dipercaya.
Dan masih banyak contoh-contoh lainnya

Artificial behaviour
Banyak orang yang melakukan “artificial behaviour”, perilaku yang dibuat-buat.
Contoh:
1.Pura-pura rajin beribadah
2.Pura-pura kaya
3.Pra-pura sopan
4.Pura-pura membela agama Islam
5.Pura-pura pembela rakyat
6.Pura-pura anti korupsi
7.Pura-pura menolong atau membantu
8.Pura-pura mengerti Ilmu Logika
9.Pura-pura memiliki
10.Pura-pura jujur


Mudah terkecoh
Banyak orang Indonesia yang mudah terkecoh oleh penampilan seseorang atau non-personal.
Contoh:
1.Percaya bahwa menyimpan uang di koperasi simpan yang bunganya tinggi. Percaya karena pengurusnya seorang ustadz . Belakangan, koperasinya tutup, pengelolanya kabur bersama membawa uang semua nasabahnya.
2.Percaya janji-janji caleg yang setinggi langit seindah sorga. Setelah terpilih, ternyata ingkar janji dan korupsi.
3.Percaya  hadiah mobil yang ditawarkan perbankan, padahal itu siasat saja. Hanya untuk yang punya saldi minial Rp 1 M dan ini tidak dipublikasikan, sehingga yang punya tabungan Cuma Rp 10 juta mengira akan diikutsertakan dalam undian itu.
4.Percaya hasil lembaga survei yang mengatakan elektabilitas SBY lebih tinggi daripada Megawati (tahun 2004), padahal hasil survei itu merupakan rekayasa dan jika diumumkan terus-menerus di TV akan memiliki pengaruh menggiring opini orang sehingga percaya. Padahal hasil survei bayaran dan penuh kebohongan.
5.Percaya begitu saja kepada semua pelamar kerja yang menyerahkan ijasah sarjananya, padahal ada yang menyerahkan ijasah sarjana palsu.
6.Percaya ucapan seorang presiden yang bersikap anti korupsi, padahal presiden dan keluarganya jago korupsi.
7.Percaya semua ucapan guru agamanya sebagai ucapan yang benar. Padahal, tidak semua ucapan guru agamanya benar. Ada juga yang bermaksud melakukan brainwashing.
8.Percaya dengan ideologi yang mengatakan Syariat Islam lebih baik daripada Pancasila. Padahal itu belum tentu.
9. Percaya iklan kopi Luwak berasal dari binatang Luwak. Padahal iklan kopi Luwak adalah kopi merek atau bergambar Luwak (padahal kopi biasa saja).
10.Percaya diterima menjadi PNS dengan cara menyogok pejabat pemda. Padahal, pejabat pemda itu menipu.

Apa yang harus Anda lakukan?
Ada beberapa hal yang harus Anda lakukan. Antara lain:
1.Jangan mudah percaya penampilan dan jangan terburu-buru mengambi kesimpulan
2.Jangan mudah percaya janji, iklan atau hasil survei politik
3.Pelajari dengan cermat segala sesuatunya
4.Kumpulkan fakta demi fakta
5.Evaluasi rasional atau tidak rasionalnya sesuatu

Saran:
Agar Anda mudah memahami sesuatu dan tidak mudah terkecoh, ada baiknya Anda mempelajari Psikologi dan Ilmu Logika.
Semoga bermanfaat


catatan:  artikel ini mengutip dari  Hariyanto Imadha
Pengamat perilaku
Sejak 1973
source:  http://psikologi2009.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar