Entri Populer

Sabtu, 21 April 2012

ASMAT TRIBE PART 1 (MY ANTHROPOLOGICAL ANALYSIS)



copyright 100%: globalvayparisui2011.blogspot.com 
(information here is written right from analitical direct to Asmat)
AS ASMAT berdiam di wilayah pesisir Papua bagian barat daya. Di sebelah barat Sukubangsa Asmat terletak kota Timika dan Tembagapura dengan masyarakat Mimika. Di sebelah timurnya terletak kabupaten Merauke dengan sukubangsa Kombai, Korowai, Citak-Mitak dan Marind-Anim. Wilayah tersebut merupakan dataran rendah berpaya-paya yang selalu basah oleh air laut yang pasang atau oleh air banjir yang datang dari Pegunungan Tengah. Karena itu pula kawasan ini dulu hampir tidak dikenal orang luar. 
Wilayah itu Asmat sendiri merupakan hutan rimba yang ditumbuhi pohon bakau, pohon sagu dan pohon sukun yang liar beserta hewan-hewan liar daerah basah, seperti berbagai jenis ikan, udang, kura-kura, labi-labi, buaya, biawak, kanguru, kakatua hitam, kakatua putih, nuri hijau, elang, kelelawar, ular, babi hutan, kuskus, kasuari, dan sebagainya

Alam dan Penduduk
 
Wilayah Asmat penuh dengan sungai dan anak-anak sungai yang lebar-lebar dan dapat dilayari kapal-kapal besar sampai sejauh 50 mil ke arah pedalaman.
Wilayah sebaran orang Asmat sekarang sudah berstatus otonomi sebagai sebuah kabupaten, dengan ibukotanya AGATS.
Luas wilayahnya 24.502 Km2, dengan jumlah penduduk (th 1980 51.206 jiwa). Penduduk itu terdiri dari penduduk asli 90%. Dan pendatang (Jawa, Bugis-Buton-Makassar, Toraja, Manado,Tionghoa, Belanda, dan Australia) 10%.

AS ASMAT - Makanan pokok orang Asmat adalah tepung sagu yang diambil patinya dari pohon sagu yang ditebang, dibelah, dicincang dan diperas, lalu ditiriskan dengan peralatan yang sangat sederhana dan lokal. Pohon sagu itu tumbuh tidak merata, karena itu orang Asmat mendirikan YEU (perkampungan) selalu tersebar mengikuti persebaran hutan sagu. Di bagian hulu sungai-sungai besar tanahnya tidak terlalu basah, sebagian besar cukup bagus untuk ditanami keladi. Sehingga makanan pokok kedua bagi masyarakat pesisir ini adalah keladi atau talas yang sama-sama dimasak dengan cara sederhana: dibakar atau dimatangkan di atas api unggun. 

Hasil Alam - Di samping kayu bakau (Rizaphora avicinea)  yang dapat tumbuh sampai 40 meter ditunjang akar-akar melebar seperti papan, di tanah Asmat tumbuh pula berbagai jenis kayu tahan air lain seperti kayu besi atau pas (Intsia biyuga), kayu Bintangur /yii/soco/fe (Callophyllum inophillum), pohon Waru (Hibisius tilliacea), kayu perahu/ti/ci /sere/verere (Terminalia caniculata). Karena itu kawasan Asmat juga dikenal sebagai penghasil kayu-kayu ekspor. Tanaman pangan lain dulu tidak banyak yang mereka kenal, tapi sekarang dengan didirikannya berbagai sekolah orang Asmat sudah mulai bercocoktanam pisang, talas,kelapa dan padi .

Keluarga batih Asmat - biasa disebut cem atau tsyem. Rumah Cem didirikan berderet-deret dibelakang rumah panjang/rumahkomunal/ rumah bujang/laki-laki yang disebut yew. Jadi dapat dikatakan pusat pemukiman orang Asmat adalah yew. Semua laki-laki remaja dan dewasa harus berdiam di Yew. Sedangkan wanita dan anak-anak berdiam di Cem atau Tsyem. Yew dibangun di pinggir sungai, dekat dengan tempat penambatan perahu lesung orang Asmat. Dapat dimaklumi karena bagi orang Asmat sungai adalah sarana transportasi utama. Yew adalah tempat pesta adat atau upacara religi.  Sebagai pusat kemasyarakatan, Yew adalah segala-galanya bagi orang Asmat. Setiap keluarga luas memiliki ruang tersendiri dalam Yew, yang ditandai dengan tungku api keluarga yang disebut Yose atau Youse. Laki-laki bujangan, orang tua dan anak remaja berkumpul di youse masing-masing. Yew adalah tempat mengukir tiang-tiang roh (tiang mbis), tempat menerima tamu, tempat pesta makan ulat sagu, tempat pesta pengayauan, tempat menari wakuwompa, tempat merencanakan peperangan atau pengayauan, tempat mengisahkan kisah-kisah suci, seperti mitologi asal usul orang Asmat yang disebut Kisah Fumeripits. Di setiap kampung biasanya terdapat dua yew. Sekaligus menandakan ada dua paroh masyarakat di kampung itu. Yew pertama  milik kelompok ciawi, yaitu keluarga-keluarga penghuni asal kampung itu. Yew kedua milik kelompok amis, yaitu keluarga-keluarga pendatang yang bergabung dengan penghuni kampung itu Antara kedua yew ini sering terikat hubungan sosial karena perkawinan. Karena itu juga saking tolong menolong, misalnya ketika ada peperangan dengan kampung lain. Mereka sering membentuk konfederasi beberapa kampung untuk menghadapi kampung-kampung musuh. semakin seorang anak meningkat dewasa, semakin dekat ia dengan keluarga luasnya yang senior, terutama dengan saudara kandung ibunya. Sejak umur tujuh tahun seorang anak laki-laki akan berdiam di youse keluarga luasnya. Di Yew pendidikan seorang anak lebih banyak ditangani pamannya dari pihak ibu, karena menurut kepercayaan Asmat antara kemanakan (cen jiwi) dengan saudara laki-laki ibu (Cen ducur) adalah orang satu talu pusat atau atu pintu kelahiran, karena itu anak saudara perempuan lebih penting dari anak kandung sendiri.  Tidak heran jika sukubangsa Asmat dikategorikan sebagai masyarakat matrilineal.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar