Ini cuma pengandaian yang gw bikin berdasarkan nalar
gw, simak dulu ceritanya. Gw butuh
jawaban kalian disini. Gw tau gw bukan orang psikolog, gw lagi butuh saran
terhadap masalah yang gw andaikan dalam cerita ini. biar gak keliatan terlalu
curhat gwnya, jadi gw membuat pengandaian. hehehe
Sebuah Pengandaian…
Saya melihat sebuah titik dari kejauhan, saya
menghampirinya. Awalnya saya takut bahwa itu akan membawa saya lagi kepada
jebakan dihutan ini, karena saya bahkan sudah hampir sekarat yang disebabkan
oleh serigala yang menyerang saya 2 jam lalu. Saya memberanikan diri untuk
menghampiri titik itu. Semakin dekat semakin indah, saya semakin senang
dibuatnya karena harapan saya titik itu akan menjadi pintu keluar saya didalam
hutan belukar ini. saya berlari mempercepat langkah saya menghampiri sampai
tibalah saya pada sebuah dimensi dimana saya merasa ragu. Saya ragu haruskah
saya masuk atau saya hanya memandangnya dari kejauhan lagi. Saya tau saya ingin
pulang, tapi saya tidak tau apa sebenarnya cahaya dititik ini yang ternyata
dijaga oleh kurcaci yang berdiri disampingnya. saya ragu untuk mencoba masuk apalagi bertanya, karena saya merasa
saya gak mau terlihat seperti manusia sekarat yang putus asa. Akhirnya saya
berfikir disaat saya berfikir saya mengingat dihutan ini terlalu banyak bahaya,
saya bahkan masih bisa mendengar suara raungan srigala semakin mendekat. Saya
semakin takut. saya mengingat bahwa saya
amat sangat penasaran untuk mengetahui apakah titik itu. Akhirnya saya
memutuskan untuk mendekat dan bertanya kepada si kurcaci kecil, mulailah saya
berdialog dengan kurcaci itu. meskipun hati ini ragu tapi saya benar-benar
penasaran, juga sangat takut.
kurcaci : “siapa kau? apa yang kau mau?”
saya: “emmm maaf, saya cuma mau tau apakah ini sebuah pintu
dimensi?”
kurcaci: “maaf ini
bukan pintu dimensi, ada apa?”.
Saya: “saya sekarat
saya butuh pertolongan, juga saya ingin keluar dari hutan ini”
Kurcaci: “saya bisa
menyembuhkan mu , dan juga saya tau tempat dimana kau bisa keluar dihutan”.
Saya: “sungguh?? terima kasih, tolong beritau aku dimana
tempatnya?”
Kurcaci: “pintu itu tidak terlihat dan ia berada jauh sekali,
aku bisa melihatnya dan menunjukkannya padamu.”
Saya: “baiklah kalau begitu tolong sembuhkan saya dulu, saya
amat kesakitan”
Kurcaci: “kau harus membuat kesepakatan denganku”
Saya:”apa itu?”
Kurcaci: “jika kau ku sembuhkan, kau harus menemaniku
menjaga pintu ini sampai saya selesai dengan tugas dan perintah ini”
Saya: “berapa lama?”
Kurcaci: “saya tidak tahu, tapi kau mau atau tidak?”
Disela ketika saya berfikir untuk memberikan jawaban, tiba2
sesosok makhluk putih datang, ia ternyata adalah sebuah binatang, saya tidak
tahu jelas itu apa tapi dia tiba2 muncul dan memotong kesepakan saya dengan
sang kurcaci dan berkata:
Makhluk itu: hey, tidak kau ikutlah denganku, aku tau jalan bisa
melihat pintu keluar itu tanpa kau harus menunggu kurcaci bodoh itu”
Saya: “sungguh? Haruskah saya percaya dengan ucapanmu?”
Makhluk itu: “kau harus percaya padaku, dihutan ini adalah
hutan kejujuran, semua makhluk yang kau temui disini semuanya akan berkata
jujur meskipun ia berniat untuk berkata dusta”
Saya: “apakah benar begitu, hai kurcaci?
Kurcaci: “dia berkata benar, semua penghuni dihutan ini yang
kau temui mereka akan selalu berkata jujur, mustahil bagi mereka untuk bisa
berbohong”
Saya: ……
Pertanyaan: setelah menyimak pemisalan diatas saya punya
opsi, apa yang akan kalian lakukan:
1. 1.
Meninggalkan kurcaci itu , ikut dengan si
makhluk putih
2. 2.
Menunggu kurcaci
Tidak ada komentar:
Posting Komentar