DALAM kehidupan sehari-hari, banyak orang secara
apriori menilai orang lain. Terlalu positive thinking atau terlalu
negative thinking. Terlalu husnudzon atau terlalu suudzon. Terlalu cepat
menilai baik atau buruk. Terlalu mudah percaya atau tidak percaya. Cara
berpikir dan bersikap demikian tentu bisa mengakibatkan sesat pikir
atau sesat sikap. Bisa salah menilai. Cenderung menjadi orang yang
berkepribadian spekulatif. Bisa menjadi manusia yang bersifat
subjektif. Sikap yang harus dimiliki tiap orang yaitu “Don’t judge a
book by it’s cover”. Jangan menilai buku hanya dari covernya saja.
Don’t judge a book by it’s cover
Janganlah kita menilai orang dari penampilannya saja, ucapannya saja,
pendapatnya saja, gelar atau pangkatnya saja, hartanya saja, ibadahnya
saja,pakaiannya saja, mobil dan rumahnya saja, tampangnya saja, fisiknya
saja, tetapi nilailah perilaku yang sebenarnya, nilailah maksud yang
sebenarnya dan nilailah faktanya yang sebenarnya.
Penampilan sering menipu
Banyak orang Indonesia sering tertipu penampilan fisik dari seseorang
atau orang lain. Orang yang penampilannya baik seringkali dianggap
pasti orang baik.
Contoh:
1.Orang yang rajin beribadah, dianggap orang jujur.
2.Orang yang ganteng, dianggap orang yang menyenangkan.
3.Orang yang pandai, dianggap layak jadi presiden.
4.Orang yang kelihatannya punya maksud baik, dianggap memang maksudnya baik.
5.Orang yang punya rumah mewah dan mpbil mewah,dianggap orang sukses.
6.Orang yang yang penampilannya seperti orang bodoh, dianggap orang bodoh.
7.Orang yang punya banyak gelar dianggap orang pandai.
8.Orang yang suka memberi uang, dianggap orang baik.
9.Orang yang suka berjanji, dianggap orang yang serius.
10.Orang yang sopan, dianggap orang yang bisa dipercaya.
Dan masih banyak contoh-contoh lainnya
Artificial behaviour
Banyak orang yang melakukan “artificial behaviour”, perilaku yang dibuat-buat.
Contoh:
1.Pura-pura rajin beribadah
2.Pura-pura kaya
3.Pra-pura sopan
4.Pura-pura membela agama Islam
5.Pura-pura pembela rakyat
6.Pura-pura anti korupsi
7.Pura-pura menolong atau membantu
8.Pura-pura mengerti Ilmu Logika
9.Pura-pura memiliki
10.Pura-pura jujur
Mudah terkecoh
Banyak orang Indonesia yang mudah terkecoh oleh penampilan seseorang atau non-personal.
Contoh:
1.Percaya bahwa menyimpan uang di koperasi simpan yang bunganya
tinggi. Percaya karena pengurusnya seorang ustadz . Belakangan,
koperasinya tutup, pengelolanya kabur bersama membawa uang semua
nasabahnya.
2.Percaya janji-janji caleg yang setinggi langit seindah sorga. Setelah terpilih, ternyata ingkar janji dan korupsi.
3.Percaya hadiah mobil yang ditawarkan perbankan, padahal itu siasat
saja. Hanya untuk yang punya saldi minial Rp 1 M dan ini tidak
dipublikasikan, sehingga yang punya tabungan Cuma Rp 10 juta mengira
akan diikutsertakan dalam undian itu.
4.Percaya hasil lembaga survei yang mengatakan elektabilitas SBY
lebih tinggi daripada Megawati (tahun 2004), padahal hasil survei itu
merupakan rekayasa dan jika diumumkan terus-menerus di TV akan memiliki
pengaruh menggiring opini orang sehingga percaya. Padahal hasil survei
bayaran dan penuh kebohongan.
5.Percaya begitu saja kepada semua pelamar kerja yang menyerahkan
ijasah sarjananya, padahal ada yang menyerahkan ijasah sarjana palsu.
6.Percaya ucapan seorang presiden yang bersikap anti korupsi, padahal presiden dan keluarganya jago korupsi.
7.Percaya semua ucapan guru agamanya sebagai ucapan yang benar.
Padahal, tidak semua ucapan guru agamanya benar. Ada juga yang bermaksud
melakukan brainwashing.
8.Percaya dengan ideologi yang mengatakan Syariat Islam lebih baik daripada Pancasila. Padahal itu belum tentu.
9. Percaya iklan kopi Luwak berasal dari binatang Luwak. Padahal
iklan kopi Luwak adalah kopi merek atau bergambar Luwak (padahal kopi
biasa saja).
10.Percaya diterima menjadi PNS dengan cara menyogok pejabat pemda. Padahal, pejabat pemda itu menipu.
Apa yang harus Anda lakukan?
Ada beberapa hal yang harus Anda lakukan. Antara lain:
1.Jangan mudah percaya penampilan dan jangan terburu-buru mengambi kesimpulan
2.Jangan mudah percaya janji, iklan atau hasil survei politik
3.Pelajari dengan cermat segala sesuatunya
4.Kumpulkan fakta demi fakta
5.Evaluasi rasional atau tidak rasionalnya sesuatu
Saran:
Agar Anda mudah memahami sesuatu dan tidak mudah terkecoh, ada baiknya Anda mempelajari Psikologi dan Ilmu Logika.
Semoga bermanfaat
catatan: artikel ini mengutip dari Hariyanto Imadha
Pengamat perilaku
Sejak 1973
source: http://psikologi2009.wordpress.com/
Entri Populer
-
Wikileaks kembali membocorkan sejumlah dokumen rahasia Amerika Serikat yang terkait dengan Indonesia. Kali ini dalam dokumen terbarunya, W...
-
Amrika telah menjadi satu-satunya negara yang dominan di muka bumi ini, setelah keruntuhan Uni Soviet, Amerika kian melebarkan sayapnya unt...
-
lluminati tak pernah berhenti menjaring seluruh kalangan untuk sebuah konspirasi dunia. Entah seberapa besar mereka sekarang, keberadaan m...
-
Bandanaira sangat potensial untuk dikembangkan sebagai primadona Indonesia Timur yang kaya akan obyek wisata ekologi , budaya ba...
-
Kadang didalam kehidupan ini gak selalunya kita harus inget atau mikir semua orang itu hadir dan dia itu penting buat kita. Kadang bahk...
-
Menurut hukum kewarisan bilateral terdapat tiga prinsip kewarisan, yaitu: pertama, ahli waris perempu...
-
mengutip judul dalam blog ini sebenarnya saya ambil satu dari kutipan lirik lagu explorers nya muse. lagu ini memang menarik, terlalu menari...
-
Seni dan Kaitannya dengan Standart Excellence of The Art Sampai Ke Titik Mysterium Tremendum Et Fascinosum. Seni pada mulanya adal...
-
Percaya nggak percaya katanya logo Trans TV mirip dengan logo freemason, yang merupakan sebuaah orgnisasi yahudi-kristen pada masa Perang s...
-
Berikut ini saya akan menjabarkan tentang suku bangsa Talang Mamak, saya sangat berterimakasih kepada dosen saya bapak dr. Zulyani Hidaya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar